Rabu, 21 Maret 2012

Colorful Rau Island, Morotai




Pulau Rau, saya rasa anda baru mendengar nya kali ini. Pulau Rau terletak di Kabupaten Morotai, merupakan sebuah pulau kecil di wilayah Provinsi Maluku Utara. Sebagai Provinsi Penghasil rempah-rempah, maka bukan hal yang aneh jika mata pencarian penduduk pulau ini bertumpu pada perkebunan PalaCengkih selain dari hasil laut.


File:Morotai Topography.png
Pulau Rau, nampak sebagai pulau di Barat Morotai
Pulau Morotai, Maluku Utara
Saya berkesempatan mengunjungi nya pada bulan Agustus 2010 bersama dengan teman-teman dari Klinik Hohidiai dalam rangka untuk melakukan pelayanan kesehatan selama beberapa hari di pulau tersebut.

Saya berangkat menuju pulau Rau dari pelabuhan Tobelo di Pulau Halmahera dengan kapal kayu menuju Desa Leoleo yang akan menjadi tempatku tinggal selama di Pulau Rau.

Perjalanan laut dari Tobelo ke Leoleo ditempuh dalam waktu sekitar 5 jam dan ada beberapa spot menarik selama perjalanan. Salah satunya adalah melihat Gunung Api Dukono di Halmahera yang senantiasa terbatuk dan melatarbelakangi kota Tobelo. Aku juga bisa melihat bagaimana ikan terbang melayang bebas dan lumba-lumba beraksi.

Kapal tiba di Posiposi -desa lainnya di Pulau Rau-. Kami disamput oleh ribuan ikan julung-julung yang berkelompok dan bergerak lincah dalam kawanannya membuat atraksi koreografi bawah air yang indah di dalam laut Posiposi yang berwarna turquoise. Beberapa saat perahu bertolak kembali dan sampailah kami di Leoleo.
Desa Posiposi

Kami tiba saat hampir senja di Leoleo, dan di hari pertama kami sadar bahwa Leoleo memiliki senja yang istimewa.

Aku tinggal di sebuah rumah bekas pastori di pulau itu selama 10 hari bersama tim. Sehari-hari kami melakukan pelayanan kesehatan dasar disana dan program UKS. Setiap pagi, siang dan sore ibu-ibu bergantian membawa makanan secara bergilir dari ujung desa yang satu ke ujung lainnya.

Pastori tempatku tinggal berada tak jauh dari pantai, dan tak jarang kami menghabiskan senja kami dengan berenang atau sekedar duduk menyaksikan langit yang tampil berwarna-warni dengan guratan senja yang indah.









Leoleo waterfall 







Related article :
Manado; the Capital of Spicy and Exotic Cuisine
What are The Fish in Your Life


Minggu, 18 Maret 2012

My South East Asia Tour on February 2012


14 Hari
14 Malam
7 Kota
6 Dokter
5 Penerbangan
4 Negara
3 Cultural Show
2 Cruise
1 Petualangan tak terlupakan

Februari 2012 berakhir dengan sempurna dan penuh kesan dalam hidupku.
Lebih dari separuh dari bulan itu kuhabiskan dengan mengunjungi negara-negara tetangga di Asia Tenggara, menikmati keindahannya dan mengagumi budaya dan warisan sejarah yang sangat beragam. 

Thailand, Vietnam, Kamboja dan Malaysia.

Petualangan ini berawal dari pembelian tiket promo setahun yang lalu untuk 4 penerbangan ke beberapa kota. Cukup pesimis sebenarnya bagiku untuk mewujudkannya mengingat jangka waktu perjalanannya yang cukup lama (2 minggu). Aku berterimakasih untuk kelima temanku dalam perjalanan ini yang membuat perjalanan ini begitu berkesan bagiku mulai dari persiapan tur hingga akhirnya tak sadar semuanya telah terlewati. Petualangan bersama kalian terasa seperti makan Nom Bo Kho di Hanoi. Penuh rasa : manis, asin, asam, pedas :)

Thanx untuk Gatot dan Jeffry yang sudah bersusah payah mensurvey dan membuat itinerary yang menjadi panduan kami menjalani perjalanan mandiri tanpa tur. Segala kerusuhan dan repotnya booking hotel online, show, cruise dan ini itu terbayar impas dengan liburan kali ini.

Bangkok, Hanoi, Ha Long, Ho Chi Minh City, Phnom Penh, Siem Reap, Kuala Lumpur merupakan kota-kota yang kami kunjungi pada perjalanan kali ini.

3 hari di Thailand
5 hari di Vietnam
5 hari di Kamboja
1 hari di Malaysia

Bangkok tampak sempurna bagiku, Ibukota negara yang juga merupakan pusat kebudayaan, keagamaan, wisata. Tampak cantik dengan Wat (kuil) nya yang tersebar di seluruh kota. Penuh warisan budaya dan bangunan yang dikerjakan dengan sangat-sangat detil. Bangkok seolah memiliki segalanya, mulai dari Khao San Area yang sangat hidup pada malam hari, surga belanja di Chatuchak Market, Show gak jelas dan bikin penasaran di Patpong Night Market dan Show spektakuler kelas dunia saat menyaksikan Siam Niramit. Inilah kota dan negara yang paling ingin kukunjungi lagi di kemudian hari.

Grand Palace
Wat Arun and Chao Phraya River 

Grand Palace, Bangkok
Kami disambut oleh suara melengking pramugari yang menyanyikan jingle "Welcome to Hanoi" saat pesawat mendarat di Noi Bai Airport (yang nadanya kemudian menjadi soundtrack dan bahan candaan yang sering kami nyanyikan sepanjang tur ini). 
Bandara Noi Bai terasa sejuk saat itu dan kesejukannya terus kami rasakan sampai parkiran, hingga kami sadar bahwa suhu Hanoi berkisar antara 10-14 derajat!!! 
Suasana ala musim dingin membuat kota Hanoi tampil elegan, tenang, indah. Suasana tropis yang penuh keringat dan sunburn di Bangkok berganti dengan sweater, syal dan semangkuk hangat Pho di Hanoi. Aura dan keanggunan ala Perancis masih bisa kita temui di kota ini. (Vietnam dan Kamboja adalah negara bekas jajahan Perancis)

Hoan Kiem Lake, Hanoi
Hanoi adalah kota yang paling aku suka selama perjalanan ini dan menjadi favoritku.
Dari Hanoi kami mengunjungi Ha Long Bay yang kuanggap sebagai main attraction pada tur ini. 
Ha Long Bay adalah salah satu New Seven Wonder of Nature yang memukau dengan pemandangan ala chinese paintingnya. Pulau-pulau mencuat dari dalam laut seperti punggung naga yang sedang tertidur di laut sehingga ia dijuluki "descending dragon bay". Menikmati pemandangan spektakulernya dari sebuah cruise membuatnya sempurna dan tak terlupakan.
Ha long Bay
Dari Hanoi kami terbang menggunakan Jetstar menuju Ho Chi Minh. (4 Penerbangan lainnya menggunakan Airasia)
Ho Chi Minh City tak terlalu berkesan bagiku. Namun segala kegilaan dan kecanduan akan es kopi Vietnam  bermula di kota ini. Berbungkus-bungkus kopi "Trung Nguyen" kami impor ke Indonesia dalam travel bag kami karena rasa dan aromanya yang hmmmm luar biasa.

Sejarah gelap Kamboja pada rezim Khmer Merah (Khmer Rouge) akan tergambarkan saat kita mengunjungi Tuol Sleng Genocide Museum di Phnom Penh. Satu bangsa jatuh ke titik nol bahkan minus pada suatu periode kelam dalam sejarah Kamboja. Namun negara ini bangkit dengan cepat.

Royal Palace, Phnom Penh
Kota Siem Reap sedang berkembang sebagai tujuan wisata kelas dunia dengan Angkor Wat nya terkenal. Kompleks kota kuno di era Angkorian ini memang sangat luas dan tak akan habis untuk dikunjungi satu atau dua hari. Phnom Penh sendiri sebagai ibukota dihiasi dengan kuil, museum dan kompleks istana cukup indah. Namun secara umum, kunjungan ke Kamboja cukup menguras dompet dengan harga tiket-tiket masuk tempat wisata yang relatif mahal. Suasana ironis nampak saat menyaksikan penduduk miskin yang berbaris cukup panjang mulai dari pagi buta untuk mendapat pengobatan gratis dari rumah sakit yang mendapat bantuan Internasional, dan itu terlihat hampir tiap hari saat kami melewati Rumah Sakit tersebut

Ta Phrom Temple (salah satu kompleks candi di Angkor Wat) memang indah dan unik dengan akar-akar pohon yang melilit batuan candi, namun secara jujur aku lebih menyukai keanggunan Candi Prambanan di Indonesia. Tetapi perlu diakui bahwa kompleks Angkor Wat sangat luas dan mengagumkan. Jika Kamboja dahulu diidentikan dengan ladang ranjau dan perang, maka Indonesia perlu belajar bagaimana Kamboja menyulap negaranya dalam waktu relatif singkat menjadi negara wisata.


Ta Phrom Temple
Apsara Dance, Cambodia

Kami disambut hujan lebat saat memutuskan mengambil half day city tour (hujan pertama dalam 14 hari perjalanan kami). Bahkan Petronas Tower berkabut saat kami mencoba berfoto di depannya.
Kunjungan kami ke Malaysia hanya sembari lewat dalam rangka transit dari Kamboja ke Jakarta dengan jeda selama 12 jam. Kami mengunjungi Batu Cave, keliling KL, mengunjungi Putrajaya dan hujan gerimis mengguyur sepanjang masa kunjungan kami di Malaysia.

Batu Caves, Kuala Lumpur Malaysia
Brunei Darussalam, Batam dan Singapura adalah tempat-tempat lain yang ku kunjungi selama Februari 2012 dalam perjalanan lain yang lebih singkat.

14 Hari
14 Malam
7 Kota
6 Dokter
5 Penerbangan
4 Negara
3 Cultural Show
2 Cruise
1 Petualangan tak terlupakan

Kamis, 08 Maret 2012

Vietnam Cuisine : Nom Bo Kho


Nom Bo Kho; Vietnam's Dried Beef Salad
Ada satu makanan dari Vietnam yang menjadi favoritku dan rasanya seolah masih menempel di lidah dan tidak mau kulupa. Makanan tersebut bernama Nom Bo Kho. 

Kalau kita ketik "Nom Bo Kho" di Google, maka kita akan mendapat nama kerennya in English : "Dried Beef Salad". Namun kalau aku terjemahkan Nom Bo Kho menggunakan kamus lidah Indonesia, maka hasilnya : Asinan Bogor dengan irisan daging kering.

Makanan ini cukup populer di Vietnam terutama di Hanoi sebagai salah satu pilihan camilan ala street food. Wujudnya berupa pepaya muda dan wortel yang diiris ala korek api ditambah rempah daun (termasuk daun ketumbar yang seolah menjadi daun wajib dalam masakan Vietnam dan daun mint), ditambah potongan memanjang daging sapi kering beserta hati sapi kering yang kemudian disiram campuran antara cuka dan entah cairan apa dan ditaburi kacang tanah yang dicincang kasar. Makanan ini berkuah dan kuahnya kurang lebih mirip seperti kuah Asinan Bogor Gedong Dalam.

Rasa kecut, manis, gurih dari daging dan sangit dari daun ketumbar plus tekstur renyah dari pepaya muda menyatu di semangkuk Nam Bo Kho yang cocok sekali disantap ibu-ibu Vietnam yang sedang ngidam.
Walau tidak sedang dalam kondisi ngidam, namun aku tergila-gila pada makanan yang satu ini dan beberapa kali membelinya. Bahkan Nam Bo Kho adalah makanan terakhir yang sengaja kucari di Old Quarter Hanoi dan kusantap sebagai ucapan selamat tinggal sebelum meninggalkan Hanoi di Vietnam Utara menuju Ho Chi Minh City di Vietnam Selatan.

Harga seporsi Nom Bo Kho adalah 30.000 Dong, atau sekitar 15 ribu rupiah. Cukup banyak pedagang di sekitar Hoan Kiem Lake di Hanoi yang menjual makanan ini. Sekalipun suhu di Hanoi cukup dingin (sekitar 10-14 derajat saat ku datang), namun makanan ini tetap laris manis walau dirasa agak kurang cocok dimakan saat suhu dingin (berbeda dengan Pho Vietnam yang hangat dan berkuah mengepul).

Meracik Kuah Nom Bo Kho
Jika anda berkesempatan mengunjungi Hanoi, jangan lupa untuk menyempatkan menyantap makanan yang satu ini, Semoga tidak kecanduan.
Beberapa Street Food yang dijajakan ; Nom Bo Kho, Vietnam Springrolls, dan satu lagi entah apa namun enak
Rasanya enak, namanya tidak tahu, harganya 5000 VND/buah, berkuah ala Nom Bo Kho juga

Minggu, 04 Maret 2012

Vietnam Cuisine : Pho


Semangkuk Pho Bo
Sudah cukup lama saya tidak menulis artikel di blog ku ini. Hal itu disebabkan oleh perjalanan saya selama 2 minggu mengunjungi 4 negara di Asia Tenggara dalam rangka liburan. 

Vietnam adalah salah satu negara yang kukunjungi dan menjadi yang terfavorit bagiku. Banyak yang menarik dari negara yang satu ini, mulai dari ibukotanya (Hanoi) yang bersuhu 10-15 derajat celcius; Pemandangan luar biasa indah di Ha Long Bay; Tampilan elegan penduduk kota Hanoi dengan gaya berpakaian ala musim dingin yang anggun; dan makanannya yang membuat aku semakin menyukai negara yang satu ini.

Bila ditanya makanan Vietnam, mungkin "Pho" yang cukup terkenal. Pho adalah mie kuah dengan campuran daging sapi (Pho Bo) atau daging ayam (Pho Ga), Mie tersebut unik dengan adanya rempah-rempah daun dan kaldu daging nya yang sangat berasa. Daun ketumbar adalah salah satu rempah daun yang cukup mendominasi sebagai campuran makanan Vietnam (termasuk Pho). 

Pho biasa disajikan hangat dengan berbagai pelengkap rempah daunnya (daun ketumbar, daun bawang, seledri), tauge, irisan cabai merah, saus hoisin, irisan jeruk nipis dan kawan-kawannya. Tampilannya yang disajikan hangat dengan asap yang mengepul akan dengan segera menjadi penawar udara dingin kota Hanoi.

Daging ayam dan sapi dipilih sebagai campuran Pho karena alasan rasanya yang khas dan kuat untuk menghasilkan kaldu yang lezat. Daging babi kadang juga digunakan, tapi bukan merupakan campuran yang favorit untuk menyantap semangkuk mie istimewa dari Vietnam ini.

Selain Pho, ada banyak makanan khas Vietnam yang lezat dan kucoba selama aku di Vietnam. Nom Bo Kho, Bo Luc Lac, Vietnam Springrolls dan lain-lain. Namun jangan lupa mencoba kopi Vietnam yang rasanya luar biasa enaknya. Bahkan aku yang bukan pecinta kopi ikut juga memborong kopi Vietnam Trung Nguyen sebagai oleh-oleh karena rasanya yang sangat istimewa. 

Walaupun tidak seterkenal makanan Thailand, namun aku merekomendasikan untuk mencoba makanan Vietnam dan lebih merekomendasikan lagi untuk mengunjungi negara ini untuk dapat menikmati orisinal rasanya dan menikmati keindahan negeri ini.

Bo Luc Lac

Related Articles :
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...